Sabtu, 04 Agustus 2018

Lomba Musikalisasi Puisi FSB IV



Pendaftaran
Lomba Muspus (Musikalisasi Puisi)
Syarat pendaftaran :
- Membayar biaya pendaftaran ( Rp 100.000,00/tim)
- Anggota maksimal 6 orang/tim
- Mengaransemen 1 puisi pilihan (Puisi muspus dapat dilihat di blog bianglalageneration.blogspot.com)
- Puisi Pilihan :
1. Kerendahan Hati (Taufiq Ismail)
2. Pagi (Sanusi Pane)
3. Kampung Hujan (Hasan Al Banna)
4. Morsala (Teja Purnama)
5. Musim Kejujuran (Saripuddin Lubis)
- Batas maksimal usia peserta : 20 tahun
- Durasi maksimal : 10 menit (termasuk check sound)
- Terbuka untuk umum
- Pendaftaran dilakukan di SMA Negeri 1 Binjai (24 Agustus-18 Oktober 2018) pukul 14.00-17.00 WIB
- Pendaftaran dapat dilakukan secara online dengan transfer BCA, no rekening 0221261282 a/n Gita Damayanti , silahkan konfirmasi melalui narahubung dengan format (JenisLomba_NamaPeserta_AsalSekolah_NomorHP) (contoh : Muspus_Fauzan dan Galu_SMA Negeri 1 Binjai_08xxxxxxxxx) dan konfirmasi pembayaran dengan mengirim bukti screenshot transfer ke WA 083192010706 (Firza Indriani). Sebelum melakukan transfer silahkan konfirmasi dulu kepada kontak diatas (Firza Indriani).

Puisi Lomba Muspus
Kerendahan Hati
Karya: Taufiq Ismail

Kalau engkau tak mampu menjadi beringin
Yang tegak di puncak bukit
Jadilah belukar, tetapi belukar yang baik,
Yang tumbuh di tepi danau

Kalau kamu tak sanggup menjadi belukar,
Jadilah saja rumput, tetapi rumput yang
Memperkuat tanggul pinggiran jalan
Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya
Jadilah saja jalan kecil,
Tetapi jalan setapak yang
Membawa orang ke mata air
Tidaklah semua menjadi kapten
Tentu harus ada awak kapalnya….
Bukan besar kecilnya tugas yang menjadikan tinggi
Rendahnya nilai dirimu
Jadilah saja dirimu….
Sebaik-baiknya dari dirimu sendiri
http://www.puisikita.com/2010/09/pagi.html
-------------------------------------------------------------
Pagi
Sanusi Pane

Pagi telah tiba, sinar matari
Memancar dari belakang gunung
Menerangi bumi, yang tadi dirundung
Malam, yang sekarang sudahlah lari.
Alam bersuka ria, gelak tersenyum,
Berseri-seri, dipeluk si raja siang.
Duka nestapa sudah diganti riang.
Sebab Sinar Bahagia datang mencium
Mari, O Jiwa, yang meratap selalu
Dalam rumahmu, turutlah daku
Apa guna menangisi waktu silam?
Mari, bersuka ria, bercengkerema
Dengan alam, dengan sinar bersama-sama
Di bawah langit yang seperti nilam
http://www.puisikita.com/2010/09/pagi.html


-------------------------------------------------------------

Kampung Hujan
—padangsidimpuan
karya Hasan Al Banna

adakah langitmu senantiasa mengasah pisau
tajam dan berkilau
mengirim irisan hujan ke pekarangan
menanam rindu ke kenangan
aku tak pernah mengenal setangkup payung
tiada jas hujan di almariku
aku bukan pengintai tempat berlindung
rindang pohon bukan hilir pelarianku
pakaianku dirajut dari kumparan angin
kain selimutku terbuat dari daging kabut
di sini, anak-anak hujan memahat liuk jalan
sampai ke pintu rumah
di kejauhan, inang hujan mengasuh lungkup bukit
dan lentang sawah-ladang
adalah gelipur lumpur
yang mengukir kakiku sekokoh jati
ialah gemulai sungai
yang menempa tubuhku setangguh batu
o pinak-pinak hujan
itulah air mata haru ibuku
o anak lelaki yang didekap ibu
itulah perantau perindu, aku
Medan, 2009
Sumber: Majalah Horison 2011.
-------------------------------------------------------------

Morsala
karya Teja Purnama

Morsala, masih kudengar Sikambang Bandahari meratap
di balik batu kehilangan Tuan Puteri. Duka pun sepanjang gelombang
tak henti berkisah pada pasir pantai.
“Jangan sentuh aku, Janggi
Tubuh dan hatiku untuk sorga
Kujaga sepenuh nyawa.”
Janggi hitam
Hitam hatinya dibakar nafsu
Terkutuk jadi batu
dipukul tongkat akar bahar
Tuan Puteri
Air mata menggulir pipi
Tempuling sembilu menancap jiwa, pilu.
Betapa siksa kecantikan
Betapa mahal kehormatan
Sesaat-saat
hampa bertambah hampa
Dijemputnya musim
yang bertaut
di laut
Morsala, di balik karang nama Tuan Puteri
menyembunyikan tangis? Aku lihat air matanya mengudara,
mengambang
jadi mendung di kota yang memajang kehormatan
di etalase mimpi memanggil-manggil pembeli.
Morsala, Morsala
Biarlah aku abadi di sini
dalam ratapan Sikambang
merajut rindu
jadi sajadah

-------------------------------------------------------------

Musim Kejujuran
Puisi: Saripuddin Lubis


Alangkah indahnya
musim kejujuran ini terus kita semai
Dari rumah kita sapa ayah bunda dengan kejujuran
Agar sungai kasih sayangnya terus mengalir
masuk ke rongga dan rusuk kalbu
Dan bersemayam di sana
Mengawal mata dan telinga  kita juga
dengan tatapan dan bisik kejujuran

Dari sekolah kita hembuskan nafas kejujuran
Kepada guru-guru meraih kejujuran
Agar lautan ilmu yang ia tancapkan
di ubun-ubun dan jantung kita dengan denyut kejujuran

Dari rumah-rumah tetangga kita
tanami rumput  halaman muka
Agar taman kejujuran melekat
di tubuh handaitolan kita
Penuh kelembutan sambil katanya
‘apa kabar buk, apa kabar pak’
Tentu dengan kejujuran pula

Dari rumah, sekolah, dan halaman rumah
Kita semai musim kejujuran

Binjai, 16 Desember 2008


Hadiah :
Muspus
Juara I : Piala + Sertifikat + Uang tunai Rp.750.000
Juara II : Piala + Sertifikat + Uang tunai Rp.500.000
Juara III : Piala + Sertifikat + Uang tunai Rp.300.000

Narahubung Festival Bianglala
1.Aslam  : (WA : 082267755843)
2.Maylin : (Id Line : maylinazz09)
3.Anas    : (WA : 082161260672)
4.Nadya  : (Id Line : nadyaayasmina)
Instagram : @bianglala_generation
Email       : anassurya7@gmail.com
Blog         : bianglalageneration.blogspot.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar